Senin, 23 April 2012

Perayaan Tabot Bengkulu

Perayaan Tabot dibawa dan dikembangkan oleh orang orang India Sipay ( Madras-Benggali)  yang masuk ke Bengkulu pada masa pendudukan bangsa Inggris di Bengkulu pada tahun 1685. Ulama Syiah bernama Syeh Burhanuddin yang lebih dikenal dengan nama Imam Senggolo, orang pertama kali memperkenalkan upacara Tabot kepada masyarakat Bengkulu yang berada di sekitar Benteng Marlborough saat itu. Upacara ini selanjutnya diwariskan kepada anak cucu keturunannya yang kemudian diantaranya ada yang berasimilasi dengan orang Bengkulu.

Upacara "Tabot"  sering juga diucapkan dengan nama "Tabut", di Sumatera Barat dikenal dengan nama "Tabui" merupakan upacara berkabung Kaum Syi'ah atas gugurnya Syaid Agung Husien bin Ali bin Abi Thalib, salah seorang cucu Nabi Muhammad SAW. 


Upacara ini sudah  lama tumbuh dan berkembang di sebagian masyarakat Kota Bengkulu, maka akhirnya dipandang sebagai upacara tradisional orang Bengkulu. Baik dari kalangan kaum Sipay maupun oleh seluruh masyarakat Melayu Bengkulu. Dengan demikian jadilah Upacara Tabot sebagai Upacara Tradisional dari suku Melayu Bengkulu.

"Tabut" berasal dari kata Arab secara harfiah berarti Kotak Kayu atau Peti. Berdasarkan kepercayaan kaum Israel bahwa bila Tabut ini muncul dan berada di tangan pemimpin mereka, akan mendatangkan kebaikan. Namun sebaliknya bila Tabut tersebut hilang maka akan dapat mendatangkan malapeta.
Inti dari upacara ini adalah mengenang usaha dan upaya para pemimpin Syi'ah dan kaumnya yang berupaya mengumpulkan bagian-bagian dari jenazah Husien. Setelah semua bagian tubuhnya terkumpul kemudian diarak dan dimakamkan di Padang Karbala. Seluruh upacara berlangsung selama 10 hari, yaitu dari tanggal 01 sampai dengan 10 Muharram.



PROSESI RITUAL TABOT



Upacara Tabot di Bengkulu mengandung aspek ritual dan non ritual. Aspek ritual hanya boleh dilakukan oleh Keluarga Keturunan Tabot yang dipimpin oleh sesepuh keturunannya langsung, serta memiliki ketentuan ketentuan khusus dan norma-norma yang harus ditaati oleh mereka. Sedangkan acara yang mengandung aspek non ritual dapat diikuti oleh siapa saja.
Upacara Tabot yang dilaksanakan setiap tahun oleh Keluarga Keturunan Tabot merupakan prosesi ritual yang dimaknai sebagai simbol simbol perjuangan dan untuk mengenang gugurnya cucu Nabi Muhammad yang bernama Husien. Adapun tahapan prosesi ritual tersebut adalah sebagai berikut :

1. Mengambik  Tanah ( 01 - 04 Muharam)

Upacara ini berlangsung pada malam tanggal 01 Muharram, yaitu sekitar pukul 22.00 Wib. Tanah yang diambil tersebut merupakan tanah yang dianggap mengandung nilai magis.

Oleh sebab itu pengambilan tanah tersebut harus dilakukan pada lokasi tertentu, yakni pada tempat yang dianggap keramat menurut mereka. Lokasi tersebut hanya ada dua tempat di Kota Bengkulu, yaitu :
  • Keramat Tapak Paderi, yang terletak di tepi laut berjarak sekita 100 meter ke arah utara dari Benteng Marlborough. Di sebuah ujung karang yang lebih tinggi dari permukaan pantai, di sudut kanan Pelabuhan Lama.
  • Keramat Anggut, yang terletak di pekuburan umum Pasar Tebek dekat Tugu Hamilton di sebelah Hotel Grage Horison Bengkulu.

Upacara ini sebagai tanda melakukan musyawarah dalam menghadapi peperangan, Upacaranya dilengkapi dengan sesajen berupa bubur merah putih, gula merah, sirih 7 subang, rokok 7 batang, air kopi pahit, air serabot (jahe), air susu sapi murni, air cendana dan air selasih, kemudian sesajen dido'akan dan ditinggalkan di lokasi pengambilan tanah. Sesudah sesajen dido'akan, mengambil tanah dua kepal, sekepal diletakan di Gerga (diibaratkan sebagai Benteng).

2. Duduk Penja ( 05 Muharam )

Penja adalah benda berbentuk telapak tangan manusia lengkap dengan jari jarinya, penja disebut juga jari jari. Dalam setiap kelompok keturunan Tabot terdapat sepasang penja, yang terbuat dari kuningan atau tembaga dan ada juga yang terbuat dari bahan perak. Penja ini menurut keluarga Sipai adalah benda keramat yang dipercaya mengandung kekuatan magis, oleh sebab itu maka harus di dirawat, dicuci dengan air bunga dan air limau (jeruk) setiap tahunnya. Prosesi upacara mencuci Penja ini disebut dengan "Duduk Penja".

Duduk Penja dilakukan di rumah seorang sesepuh keluarga Tabot, pimpinan dari kelompok keluarga Tabot bersangkutan, waktunya pada tanggal 05 Muharam sore hari.

Penja (pending jari-jari), merupakan bentuk jari-jari tangan yang terbuat dari tembaga/kuningan, kemudian disimpan di dalam bakul di tempat di dalam rumah Keluarga Keturunan Tabot (KKT). Dengan diawali menurunkan Penja untuk dicuci, dilengkapi dengan sesajen yang terdiri dari air serobat, air susu murni, air kopi pahit, air cendana dan selasih, jeruk nipis, pisang emas dan tebu serta nasi kebuli dan emping. Setelah cuci Penja tersebut, didudukan diatas pelepah rembio yang ditutup dengan kelambu dan diletakkan di dalam Gerga. Selama upacara tersebut diiringi dengan bunyi-bunyian Dol (alat music berupa tamborin) dan Tassa.

3. Menjara ( 06 - 07 Muharam )

Menjara artinya mengandun (bahasa Bengkulu) atau berkunjung dengan mendatangi kelompok keluarga yang lain untuk beruji Dol (lomba membunyikan Dol). Dol merupakan sebuah alat musik tradisional masyarakat melayu Bengkulu. Pada acara Tabot, menjara ini dilakukan dua kali pada dua tempat, yaitu : pada tanggal 06 Muharram kelompok Tabot Bangsal mendatangi kelompok Tabot Berkas dan pada tanggal 07 Muharram, sebaliknya kelompok Tabot Berkas mendatangi kelompok Tabot Bangsal. Acara ini berlangsung dilapangan terbuka yang disiapkan oleh masing masing kelompok dan dilakukan pada sekitar pukulu 20.00 Wib hingga pukul 23.00 Wib.

Upacara Menjara merupakan sebuah perjalanan panjang di malam hari. Menjara atau beruji Dol diibaratkan sebagai saat-saat terjadinya peperangan antara Husien dan Kaum Yazid. Ritual menjara (saling menyerang) dilakukan di lapangan terbuka dengan diiringi bunyian Dol dan Tassa yang bertalu-talu pada malam hari sekitar pukul 20.00 s/d 24.00 Wib

4. Meradai ( 06 Muharam )

Acara meradai ini dilakukan pada tanggal 06 Muharam, pelaksanaan acara ini disebut juga dengan Jola, yaitu sekelompok anak anak yang berusia antara 10 s/d 12 tahun. Acara meradai ini dilakukan di dalam Kota Bengkulu, yang waktunya dilaksanakan pada siang hari. Agar acara ini tidak terjadi tumpang tindih terhadap sasaran, maka sebelumnya dilakukan kesepakatan anatar pimpinan kelompok dimana lokasi untuk masing masing kelompok. Selanjutnya sebelum para Jola turun ke lapangan menjalankan tugasnya, mereka mendapatkan pengarahan dari pimpinan kelompok yang menugaskannya. Di dalam menjalankan tugasnya para Jola harus mengikuti aturan dan petunjuk yang telah ditetapkan.

5. Arak Penja

Arak Penja disebut juga Arak Jari jari, dilaksanakan pada malam ke delapan dari bulan Muharram. Di mulai sekitar pukul 19.00 Wib hingga pukul 21.00 Wib dengan menempuh rute yang telah ditentukan bersama pada jalan jalan utama dalam Kota Bengkulu. Pada acara ini setiap kelompok Tabot akan mengirimkan regunya sekitar 10 15 orang, yang sebagian besar terdiri dari anak anak dan remaja.

Acara ini dimulai dan berakhir di depan Rumah Kediaman Jabatan Gubernur Bengkulu.

6. Arak Serban

Arak Sorban berlangsung pada malam ke sembilan bulan Muharram yang dimulai sekitar pukul 19.00 s/d 21.00 dengan star dan finish ditentukan oleh Kelompok Keluarga Tabot bersama dengan Pemerintah daerah. Benda yang diarak selain penja, ada juga Serban/Sorban putih diletakan pada Tabot Coki (Tabot Kecil), dilengkapi dengan bendera/panji-panji berwarna putih dan hijau atau biru yang bertuliskan "Hasan dan Husien" dengan huruf kaligrafi yang indah.

7. Gam (masa tenang/berkabung)

Satu dari tahapan Upacara Tabot yang sangat penting dan harus dilakukan adalah "Gam", suatu waktu yang telah ditentukan dengan tidak melakukan aktifitas apapun. Gam sendiri berasal dari kata "ghum" yang berarti tertutup atau terhalang. Masa Gam ini berlangsung pada pukul 07.00 Wib sampai dengan sore hari kira-kira pukul 16.00 Wib, dimana pada waktu tersebut semua aktifitas yang berkenaan denga upacara Tabot tidak boleh dilakukan termasuk membunyikan Dol dan Tassa. Jadi masa Gam ini dapat disebut juga masa tenang.

8. Arak Gedang

Arak gedang merupakan prosesi upacara Tabot yang ditunggu tunggu oleh masyarakat Bengkulu. Arak gedang dilaksanakan pada tanggal 09 Muharram atau malam ke 10 Muharram, yang dimulai sekitar pukul 19.00 Wib dengan diawali acara ritual pelepasan Tabot bersanding di Gerga masing-masing. Selanjutnya diteruskan dengan Arak Gedang, yaitu group Tabot bergerak dari markas masing-masing secara berombongan dengan menempuh rute yang telah ditentukan. Di jalan protocol semua Tabot bertemu sehingga membentuk Arak Gedang (Pawai Akbar) menuju lapangan utama.

Akhir dari prosesi Arak Gedang ini adalah seluruh Tabot dan personil pendukungnya berkumpul di lapangan terbuka. Semua Tabot dibariskan dengan membentuk shaf-shaf (bahasa Bengkulu : disandingkan), oleh karena itu acara ini dinamakan "Tabot Bersanding". Selama Tabot bersanding, pengunjung dihibur oleh pertunjukan-pertunjukan yang sudah disiapkan.

9. Tabot Terbuang

Acara terakhir dari rangkaian Upacara Ritual Tabot adalah acara Tabot terbuang. Acara ini dimulai pada pukul 09.00 Wib seluruh Tabot telah berkumpul di Lapangan Merdeka di depan rumah jabatan Gubernur Bengkulu. Tabot tabot disandingkan yang diikuti oleh masing- masing personil kelompok Tabot. Pada sekitar pukul 10.00 Wib arak arakan Tabot dilepas oleh Gubernur Bengkulu untuk menuju komplek pemakaman umum Karabela. Tempat ini menjadi lokasi acara ritual Tabot terbuang karena di sana dimakamkan Imam Senggolo (Syeh Burhanuddin) pelopor upacara Tabot di Bengkulu. Dengan berakhirnya Tabot terbuang maka berakhirlah semua prosesi ritual upacara Tabot. (Sumber :Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Bengkulu)